INDRAMAYU, tampahan.com - Curhatan Kepala Desa (kuwu) terpilih Kuwu Singajaya Chaerul anam di media sosial mencerminkan kegagalan memahami esensi kepemimpinan publik. Jabatan kepala desa bukan panggung untuk mengeluh, melainkan amanah untuk bekerja, memimpin, dan menyelesaikan persoalan masyarakat. Jum'at (26/12/2025).
Curhat di ruang publik tanpa solusi konkrit menunjukkan lemahnya kapasitas managerial dan minimnya kematangan politik seorang pemimpin desa. Ketika seorang pemimpin justru memilih mengumbar keluhan sebelum bekerja nyata, hal itu patut dipertanyakan sebagai bentuk ketidaksiapan memimpin.
Badruzaman ketua umum PAKU Nusantara mengkritisi pedas dengan adanya curhatan dari kuwu terpilih, masyarakat memilih kepala desa berdasarkan janji, visi, dan keberanian mengambil tanggung jawab, bukan untuk mendengar alasan, tekanan, atau keluh kesah.
"Baru menjabat saja sudah mengeluh, maka wajar bila publik meragukan kemampuan kepala desa terpilih dalam mengelola pemerintahan desa selama masa jabatan penuh."
Lebih ironis lagi, curhatan tersebut disampaikan setelah memenangkan kontestasi politik desa. Artinya, segala konsekuensi jabatan termasuk konflik, kritik, dan tekanan seharusnya sudah disadari sejak awal. Media seharusnya digunakan untuk menyampaikan arah kebijakan, program prioritas, dan komitmen pelayanan publik, bukan dijadikan tempat pelampiasan kekecewaan atau pembenaran atas ketidaksiapan memimpin. Curhat tanpa solusi hanya memperlihatkan sikap defensif dan berpotensi memperkeruh situasi sosial di tingkat desa.
Kami juga menegaskan bahwa kepala desa terpilih harus segera menghentikan narasi keluhan dan mulai bekerja secara konkret. Rakyat desa tidak membutuhkan pemimpin yang pandai mengeluh, tetapi pemimpin yang mampu berdiri tegak menghadapi masalah, mengambil keputusan tegas, dan bertanggung jawab penuh atas mandat yang telah diberikan.
Jika tidak siap memimpin, maka seharusnya tidak memaksakan diri menerima jabatan publik.
Tomsus
