Implementasi program tersebut diwujudkan melalui berbagai langkah konkret, di antaranya menghadirkan pembiasaan budaya Sunda pada setiap hari Rabu dan Kamis. Pada hari tersebut, peserta didik mengenakan atribut khas Sunda, termasuk ikat kepala putih untuk siswa laki-laki, sebagai simbol identitas dan penghormatan terhadap budaya lokal. Selain itu, pihak sekolah juga memperindah lingkungan belajar dengan lukisan mural pada dinding sekolah yang berisi nilai-nilai luhur Panca Waluya, sehingga dapat menjadi sarana edukasi visual sekaligus penanaman karakter.
Kepala SDN 3 Baregbeg, Nanang Heryanto, menegaskan bahwa penerapan Gapura Panca Waluya merupakan bentuk komitmen sekolah dalam mengintegrasikan pendidikan karakter dengan nilai budaya lokal.
“Pendidikan tidak hanya berorientasi pada capaian akademis, tetapi juga harus mampu melahirkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral. Melalui penerapan Gapura Panca Waluya, kami berharap dapat memberi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk mengembangkan model pendidikan berbasis kearifan lokal,” ujar Nanang.
Apresiasi juga datang dari Komite Sekolah SDN 3 Baregbeg, Sobirin Alwi, yang menilai langkah tersebut merupakan inovasi penting dalam dunia pendidikan dasar.
“Kami sangat mengapresiasi ide-ide segar yang digagas Kepala Sekolah. Upaya ini bukan hanya memperkuat identitas budaya, tetapi juga menanamkan nilai karakter sejak dini. Semoga semangat seperti ini dapat terus berkembang dan menjadi contoh bagi sekolah lain,” ungkap Sobirin.
Dengan langkah ini, SDN 3 Baregbeg Lakbok diharapkan menjadi salah satu sekolah percontohan dalam menghadirkan pendidikan yang berakar pada budaya bangsa, namun tetap relevan dengan tantangan zaman.(dewy,ratna)
